Sabtu, 29 Agustus 2009

Ketika Awal Ramadhan di Madinah

Langit lajuardi ki an menghitam, badai gurun terus menerus menutup indahnya kota Madinah, seketika madinah menjadi lautan debu yang bertebaran di mana-mana, suasana ini merupakan susana awal Ramadhan kami di kota Suci Madinah, acap kali Ramadhan tiba! Suasana itu sudah tidak asing lagi bagi kami, badai gurun tlah berlalu tinggalah keindahan kota Madinah yang begitu mempesona di pandang Mata, Subhanallah Tabarokallah Haadza min Fadli Rabbi, Engkau telah memberikan kenikmatan kepada kami yang tiada tara, Engkau telah mempertemukan kami dengan bulan suci ini, mudah-mudahan kami dapat mengisi bulan suci dengan kegiatan yang mendekatkan terhadap keridhaan-Mu. Walaupun siang panas dan sore hari mendung dan kilatan halilintar bersamberan di atas kota Madinah tapi itu tak membuat kami takut untuk mendekatkan diri di Rumah itu, itu bukanlah suatu alasan kami untuk menjauh dari Mu, walau pun badai terus menerus menerpa kami sehingga kami mengharuskan memakai face mask itu bukan suatu alasan untuk menjadi lemah. Kesejukan itu hanya dapat kami rasakan disana. Lelah dan letih sekita hilang ketika kami berada di rumah Mu, yang ada hanya kerinduan untuk selalu berada di di dekat kekasih Mu, mudah-mudahan kami tergolong orang yang selalu hatinya merindukan masajid dimana pun kami berada.
Ramadhan sekarang begitu berbeda, tak seperti biasanya Masjid Nabawi tampak lengang , menurut kabar angin banyak jemaah umrah yang menunda keberangkatannya dikarenakan isu flu Babi yang sempat menewaskan beberapa orang di Arab Saudi. Tapi alhamdulillah masih banyak orang yang percaya terhadap taqdir Allah, bahwa kematian! Allahlah yang mengaturnya, walau dengan kondisi cuaca yang gak menentu banyak penduduk setempat yang terus berdatangan,sehingga dengan demikian, Madinah masih hidup dan akan terus hidup sepanjang masa. Ketika Ramadhan tiba, kota Madinah bagai sebuah pelita yang cahayanya terus terang, dan cahaya itu terpusat disatu titik yaitu Masjid Nabawi. Gimana tidak! Siang malam masjid itu terus bejubel dengan orang yang rindu dan haus akan kenikmatan yang di dapat ketika ia sudah berada di dalamnya, Masya Allah Tabarokallah Hadza min Fadli Rabbi…suasana itu semakin terasa ketika mau buka puasa …..ini merupakan suatu kenikmatan yang belum pernah dirasakan………cukup dengan kurma dan air Zam-zam yang dilengkapi dengan roti dan gohwah Arab……subhanallah betapa nikmatnya ketika itu, mudah-mudahan Allah memberikan balasan kepada para muhsinin Madinah yang telah rela memberikan hidangan buka puasa……….buka puasa pun telah usai dan tinggal melaksankan shalat magrib dan isya yang dilanjutkan dengan shalat Tarawih…………..dan disinilah saatnya menghayati dan mentadaburi Hakikat Ibadah yang sedang dilaksanakan. Bacaan seorang imam yang begitu fasikh membuat hati ini terurai menjadi butiran-butiran kerinduan tuk selalu membaca dan mengamalkannya. Sampailah dipunghujung shalat yang selalu diakhiri dengan doa qunut setiap harinya. Allahu Akbar...............disini mulailah air mata pun berjatuhan seiring dengan panjatan doa seorang Imam, ia bagaikan sebuah sembilu yang menyayat, sehingga air matapun tak terasa membasasi kedua pipi, disinilah semuanya terbuka dan kita merasa betapa kecilnya kita di hadapan-Nya, suasana seketika menjadi isak tangis, gemuruh gempita menjadi satu paduan kerinduan kepada Sang Illahi, Air mata itu terus-menerus berjatuhan.........badan mulai bergetar seiring dengan tangisan imam dipertengahan doa........suasan terus bergemuruh dengan isak tangis..................Masya Allah betapa kecil kami di hadapan-Mu Ya Rabb……………………! Mad'09

Blogger Templates